Alasan Tidak Mengeluh

Jadi sudah berapa lama saya tidak menulis blog? Haha. Never mind.

I'm 23 now. Blog yang isinya lucu-lucu ini makin terlihat menggelikan di usiaku yang sekarang udah 23 tahun ini. Ternyata dengan melihat tulisan-tulisan lama membuatku melihat ke belakang sudah melalui proses apa aja selama hidup. Susah, seneng, nano-nano.

Satu hal yang nggak berubah dari dulu adalah aku paling nggak suka kalau diriku sendiri mengeluhkan apa yang terjadi dalam kehidupan. Ada yang pernah berbaik hati mengingatkan bahwa it's okay to be not okay and talk how bad is your day or how bad is something which happened in your life. Butuh sampai usia segini nih buat bisa menyadari bahwa nggak apa-apa untuk mengeluh kepada orang lain.

Sesungguhnya aku mengeluh sih, tapi mengeluhnya dengan cara ngomong dengan diri sendiri. Pernah nggak sih atau kalian juga mengalami hal yang sama denganku? Mengeluh dan mencaci maki diri sendiri. Jadi yang terjadi adalah aku mengeluh kemudian menghukum diriku sendiri yang mengeluh.

Yang kusadari dari mengeluh adalah, ternyata mengeluh adalah salah satu ikhtiar dalam mencari solusi masalah. Nggak tau kenapa, itu popping out of my mind aja. Kesimpulanku sekarang adalah nggak apa-apa mengeluh ke orang, nggak apa-apa mencari solusi dengan mengeluhkannya. Tapi tetep aja, aku mengeluhkannya dengan bahasaku yang memancing pembicaraan. Kalo nggak gitu, yang akan terjadi adalah aku bisa tersiksa dengan penjara yang aku ciptakan sendiri.

Being someone whose always think about our own self, sometimes makes me hard to understand others. Logikaku aja yang bekerja gitu rasanya. Tapi di beberapa titik, beberapa moment kehidupan akan sangat mengusikku bahkan bisa sampe mengusik mental, bisa yang tetiba empati banget.

Hari ini aku menemukan salah satu alasanku kenapa nggak seharusnya aku mengeluhkan hidupku, mengeluhkan apa yang terjadi di kehidupanku. Accidentally, kerjaan membuatku menyambangi 3 buah rumah singgah sekaligus. Rumah singgah ini tu kayak tempat buat menginap sementara pasien yang asalnya jauh tapi dengan harga terjangkau dengan fasilitas yang digunakan bersama dan jaraknya nggak jauh dari rumah sakit tempat mendapatkan pengobatan gitu, dalam kasus ini adalah pengobatan anak dengan kanker.

Beberapa hal yang sering aku keluhkan akhir-akhir ini karena kuliah online, tugas kuliah online, kerjaan yang kadang nggak hanya menguras otak juga sampe menguras hati, sirna sudah tadi. Melihat orang-orang yang berjuang untuk anak-anak dengan kanker, baik orang tuanya maupun pengelola rumah singgahnya. Semua itu membuatku tertegun, dan melihat sisi lain dunia yang Allah ciptakan. Di tengah kecamuk merebaknya Covid-19, di tengah aku yang berusaha nggak mudah mengeluh dengan aku yang mengeluh terus, Allah pertemukan aku dengan sisi lain dunia yang berusaha bertahan mungkin lebih sulit dari kondisiku dengan mempertemukanku dengan orang-orang, lingkungan, dan atmosfer itu.

Setelah dari sana, ada lagi yang makin bikin tertegun. Di gedung parkir, atasan ngasih buku "La Tahzan Jangan bersedih!". Otomatis makin bikin diri ini makin tertegun lagi ketika baru baca daftar isinya. Kayak tetiba menemukan buku "Seni untuk bersikap bodo amat" dari daftar isinya aja cuy. 

Kemudian diri ini berkata pada diri ini juga..
Hei! Bangun woy! Buku ini dibaca, terus bangun, jangan kebanyakan alesan menghadapi hidup! Banyakin bersyukur, mohon ampun sama Allah, dan lihat dunia yang lebih luas lagi habis ini!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Winnie The Pooh and Friend Friendship

Petuah Ibu #1